Semoga Pembaca Merasa Tersentuh Dengan Membaca Kisah ini Dan Sdar
Betapa Pentingnya Kita Untuk Menghargai Jerih Payah Orang Tua Terhadap
Anaknya.sebuah kisah yang semoga bisa menginspirasi Anda untuk selalu menyayangi anggota keluarga Anda sepenuh hati.
Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, seorang
anak laki-laki bernama Tiros meluluskan pendidikannya di SMA, namun
sayang pada saat kelulusannya dia tidak pernah menyertakan atau mengajak
ibunya. Tiros merupakan satu-satunya anak yang dimiliki oleh ibu Suti,
dan anugrah dari Tuhan yang sangat berharga bagi diri ibu Suti.
Ayah Titos meninggal dunia saat dia masih dalam kandungan, hanya
Tiroslah yang menjadi tumpuan hidup ibunya sehingga dia kuat untuk
menjalani hidup. Pada suatu saat Tiros berkata pada ibunya : “ Ibu, aku
malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik
dan mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki
ibu yang buta. Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang
buta maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan”
Mendengar
kata-kata yang keluar dari mulutnya ibu Suti berkata : “ Nak, ibu memang
buta, tetapi walaupun kau malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki,
ibu tetap sayang padamu nak. Tirospun menjawab : “ Bu, semua
teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuanpun yang
suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna. Mereka takut
jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu
”. Mendengar perkataan anaknya ibu Suti begitu terpukul dan menangis,
namun demikian ibu Suti tetap sayang dengan anaknya Tiros dan tak
henti-hentinya ibu itu berdo’a untuk anaknya.
Detik berganti menit,
menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Tiros menyelesaikan
pendidikan S1 di Fakultas Teknik. Betapa bangganya hati ibu Suti
mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak
sia-sia pengorbanan ibu Suti selama ini dengan berjualan di pasar untuk
menyekolahkan Tiros, tak kenal lelah bu Suti berkerja walaupun dalam
keadaan matanya yang buta. Sampailah saat yang ditunggu-tunggu, saat
Tiros dan yang lainnya akan diwisuda. Teman-teman Tiros berserta orang
tuanya dan keluarga berkumpul menantikan acara dimulai, tetapi ibu Suti
sama sekali tidak diajak Tiros untuk menghadiri wisuda tersebut.
Akhirnya ibu Suti datang sendiri keacara tersebut, sesampainya ditempat
Tiros akan diwisuda, betapa bahagianya hati sang ibu Suti mendengar nama
anaknya dipanggil kedepan dengan nilai terbaik. Namun tidak Tiros, dia
sangat malu terhadap teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya
juga hadir di acara wisuda itu, acara yang seharusnya menurut Tiros
membuatnya bahagia.
Pada saat itu, ibunya menekati Tiros sambil
meraba-raba wajah anaknya, dan kekasih Tiros bertanya pada Tiros : “
Siapa perempuan buta itu ? Tiros tidak menjawab dan hanya diam membisu.
Akhirnya ibu Suti berkata bahwa dia adalah ibunya Tiros, mendengar
ibunya berkata demikian, Tiros akhirnya pulang sebelum acara selesai dan
meninggalkan ibunya senidirian.
Setelah acara selesai akhirnya ibu
Suti juga pulang kerumah tanpa anaknya Tiros. Namun siapa yang tau kapan
ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan ibu Suti meninggal
dunia. Hanya tas kecil dan sangat lusuh yang selalu dibawa kemanapun ibu
Suti saat berpergian. Betapa terkejutnya Tiros ketika pihak rumah sakit
mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal
akibat kecelakaan. Dan petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa
ibunya pada saat menghadiri wisuda, Tiros hanya diam duduk menunggu
ibunya yang masih dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel
di tubunya.
Pada saat menunggu jenazah ibunya, Tiros membuka tas
kesayangan ibunya yang lusuh dan kumal itu. Disana terdapat foto ibunya
ketika mengandung Tiros, pada saat Tiros masih bayi, dan betapa
terkejutnya Tiros ketika membaca sepucuk surat yang begitu lusuh yang
terdapat didalam tas ibunya. Tiros membaca surat tersebut, dan didalam
surat itu tertulis : “ Banjarmasin, 12 Oktober 1984, Anaku Tiros
yang sangat kucintai, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau
sangat berharga dihati ibu nak. Walaupun kau buta dari lahir tetapi ibu
sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang ibu muliki. Nak, ini
adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah tidak bisa
lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. Karena besok ibu akan
mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan
menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat
jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena
dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu ”. Akhirnya tanpa terasa air
mata Tiros mengalir dan sudah terlambat bagi dirinya untuk
membahagiakan ibunya. Tiros teringat dengan semua perbuatan yang ia
lakukan terhadap ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki
ibunya yang telah terbujur kaku. Semua telah terjadi dan kini ibunya
telah pergi untuk selama-lamanya.
“Dalam hal ini mengajarkan
betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, tanpa
mengharapkan balasan. Ibu selalu dengan ikhlas memberikan apapun yang
dimilikinya termasuk jiwanya sendiri “.
Buat Teman-teman yang
sudah membaca cerita ini , Bahagiakanlah ibu mu selagi dia masih Hidup
meskipun ada kekurangan dalam Hidupnya , jangan biar kan Ibu mu
meneteskan air Mata karna Ulah mu :).